Rabu, 20 November 2013

Exploring Jalur KA Non Aktif Yogya - Bantul - Palbapang

Setelah saya mempertanyakan tentang jalur KA Yogya - Bantul - Palbapang kepada bapak saya, saya pun ingin menjelajah jalur KA non aktif tersebut. Mulai dari Stasiun Tugu sampai Stasiun Palbapang. Terdapat beberapa stasiun seperti Stasiun Ngabean, Stasiun Dongkelan, Stasiun Winongo, Stasiun Cepit, Stasiun Bantul, yang terakhir adalah Stasiun Palbapang. Berikut rute jalur KA Non Aktif di sepanjang jalan bantul di pantau dari Google Earth


"History"
Jalur Kereta Api Jurusan Yogyakarta - Palbapang (Bantul) mulai dibangun pada tahun 1912 oleh Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NIS). Jalur beserta rute Kereta Api Jurusan Yogyakarta - Palbapang resmi berhenti beroperasi pada tanggal 1 Agustus 1973.

Setelah pulang dari kampus, saya mulai menjelajah bekas jalan kereta api dari Yogyakarta. Di desa Nagan, terdapat jalan yang agak melengkung. Di duga itu ada bekas jalan kereta api


Selanjutnya saya mulai menjelajah lagi ke selatan. Sebelum lampu merah Ngabean, terdapat bangunan tilas sinyal kereta api


Setelah berhenti sejenak disitu, saya melanjutkan perjalanan menuju bangunan Stasiun Ngabean. Hanya beberapa meter dari lokasi tilas sinyal kereta api

>> Stasiun Ngabean


 "History"
Meski jalur kereta apinya sudah tidak ada, tetapi stasiun kereta apinya masih tegak berdiri. Dan dipelihara sebagai heritage. Tentu, suasana Ngabean dulu, setidaknya tahun 1886 seperti tampak dalam foto ini, pastilah sudah berbeda jauh dengan situasi sekarang. Sampai akhir tahaun 1960-an, kereta api Yogya-Bantul masih jalan. Pada awal 1970-an, Stasiun Ngabean masih berfungsi. Disekitar stasiun Ngabean, dulu dikenal sebagai alat-alat sepeda, sehingga kapan henda mencari perlengkapan sepeda, yang dirunjuk jalan Ngabean


Saat saya berhenti disitu, saya memeriksa sebagian bangunan tersebut. Bangunan yang di duga sebagai Stasiun KA, sekarang telah berubah sebagai Koperasi. Dan bekas beberapa peron di stasiun tersebut sekarang sebagai tempat parkir kendaraan besar seperti bus wisatawan yang akan menuju ke kraton maupun ke alun-alun
Setelah itu, saya melanjutkan perjalanan lagi

>> Stasiun Dongkelan
Setelah saya beranjak dari stasiun Ngabean sebelum ke perempatan Dongkelan, saya menemukan bangunan Stasiun Dongkelan


Stasiun ini berada diantara pasar Ikan Hias dan Pasar Binatang (PASTY). Ketika mendekati bangunan bekas Stasiun Dongkelan terlihat jelas bahwa bangunannya sudah banyak mengalami perubahan. Bangunannya terkesan lebih gagah dan lebih kokh dengan perubahan yang hampir menyeluruh. Bentuk ruangan misalnya yang dahulu diperkirakan terdiri dari tiga ruangan, sekarang hanya tinggal tersisa dua ruangan dimana sekat dinding sebelah selatan dihilangkan.

1 komentar:

  1. waw, keren bgt artikel nya, follow and komen back ya di sshgratis31.blogspot.com

    BalasHapus